Komunitas Cafe Cosmo Memory menggelar kegiatan istimewa pada Senin, 18 Agustus 2025, bertempat di Cosmo Memory, Jl. Cendrawasih No.18, Patrang, Jember. Acara yang bertajuk Bedah Karya Manuskrip Puisi “Mendongengi Juru Selamat”. Sekaligus menjadi momentum tasyakuran satu tahun bedah karya.
Dalam kegiatan ini, A.R Hanif tampil sebagai performer yang menyuguhkan puisi-puisi pilihan dari manuskripnya. Sementara itu, acara dipandu dengan penuh hangat oleh Brian Agata selaku moderator.
Diawal acara, tasyakuran satu tahun bedah karya dengan simbolis pemotongan tumpeng digelar. Atmosfer terasa akrab, dihadiri oleh berbagai unit kegiatan mahasiswa seperti: Wismagita, Kolang Kaling, komunitas perupa jember, JBP, pegiat sastra, penulis, dosen sastra dan penggiat literasi Bapak Abu Bakar Ramadhan Muhamad, S.S.,M.A serta masyarakat literasi yang antusias.
Setelah prosesi tasyakuran selesai, ada penampilan penuh kejutan dari A. R Hanif yaitu tarian tradisional “Seblang”. Suasana semakin semakin syahdu. Lampu-lampu diredupkan, menyisakan cahaya temaram yang menyoroti penari yang mulai bergerak perlahan. Dengan mata terpejam, tubuhnya mengikuti alunan music gamelan. Setiap gerakan seperti bukan berasal dari dirinya sendiri, seolah ada kekuatan gaib yang menuntun langkah demi langkah.
Penonton terdiam, larut dalam aura mistis yang memancar. Sesekali terdengar desir angina yang membuat dedaunan bergetar, menambah kesan magis pada tarian tersebut. Ada yang merinding, ada pula yang tak berkedip menyaksikan, takut kehilangan moment ketika penari seakan masuk dalam dunia lain.
Tarian seblang bukan sekedar hiburan, melainkan symbol spiritualitas dan doa kolektif masyarakat, penghubung antara yang kasatmata dan yang tak terlihat. Kehadirannya pada malam itui memberi lapisan makna baru bagi tasyakuran, seakan mengingatkan semua yang hadirbahwa kesenian juga bisa menjadi jalan menuju perenungan yang dalam.
Setelah aura mistis mereda, acara kembali pada inti kegiatan: bedah karya manuskrip puisi “Mendongengi Juru Selamat” karya A.R Hanif. Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan akademisi dan pegiat sastra. Mereka membedah makna simbolik, estetika Bahasa, hingga kedalaman spiritual dalam setiap bait yang ditulis Hanif.
Moderator Brian Agata memandu jalannya bedah karya dengan hangat. Para hadirin, mulai dari dosen sastra, penulis muda jember, hingga perwakilan komunitas, menyampaikan perspektif yang beragam. Ada yang menyoroti kekuatan imaji puisinya yang mampu menggugah rasa religious, ada pula yang mengaitkan dengan konteks social budaya masyarakat Jember hari ini.
Diskusi berlangsung akrab, ditingkahi tawa ringan, tapi sesekali hening ketika kutipan puisi dibacakan ulang. Para hadirin tampak khusyuk, seolah diajak “Mendongengi” oleh sang juru selamat dalam larik-lariknya.
Sebagai penutup, A.R Hanif menyanyikan dua tembang berjudul “Podho Nonton” dan “Sekar Jenar.” Alunan nada tradisi itu menutup malam dengan kesan magis, seol;ah menghadirkan kembali ruh Seblang yang sejak awal sudah memayungi suasana tasyakuran.
Setelah jeda singkat, Hanif melanjutkan penampilannya dengan membacakan puisinya yang berjudul “Suwitri dan Tubuh Kedua”. Dengan suara penuh penghayatan, ia menyalurkan setiap kata layaknya doa yang dititipkan melalui larik. Penonton larut dalam keheningan, hanya menyisakan gema suaranya yang mengguncang ruang.
Tepuk tangan pun menggema panjang, bukan sekedar apresiasi, tetapi juga peneguhan bahwa pertemuan antara sastra dan tradisi mampu melahirkan ruang spiritual yang membekas di hati setiap orang yang hadir.
Acara tasyakuran sekaligus bedah karya ini menjadi bukti bahwa sastra masih memiliki ruang yang hidup di tengah masyarakat. Kolaborasi antara pembacaan puisi, diskusi, dan pertunjukan tari seblang memberi warna berbeda sekaligus memperkaya pengalaman para peserta. Harapannya, kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut sebagai wadah apresiasi, pelestarian, dan regenerasi karya sastra serta budaya local.
Mata Tertutup, Jiwa Menari: Seblang Merasuk di Bedah Manuskrip Puisi Jember